Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Senin, 01 Desember 2014

Ulkus Kornea: Terapi

Terapi keratitis HSV hendaknya bertujuan menghentikan replikasi virus didalam kornea, sambil memperkecil efek merusak respon radang. Idoxuridine merupakan obat antiviral yang murah, bersifat tidak stabil bekerja dengan menghambat sintesi DNA virus dan manusia, sehingga bersifat toksik untuk epitel normal dan tidak boleh dipergunakan lebih dari dua minggu. Terapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam. Salep 0,5% diberika setiap 4 jam.
Vibrabin sama dengan Idoxuridine, akann tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep.
Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IUD, diberikan 1% setiap 4 jam.
Acyclovir, bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam. Sama efektif dengan antivirus lain akan tetapi efek samping yang kurang.

Keratitis Viral Varicella-Zoster
Infeksi virus Varicella-zoster (VZV) terjadi dalam 2 bentuk: primer (varicella) dan rekuren (herpes zoster). Varicella:lesi berbintik pada kelopak mata dan pinggir kelopak mata. Herpes zoster: terdapat keratouveitis dengan derajat yang berbeda tergantung status imuniti pasien. Keratitis VZV terjadi pada stroma dan anterior uvea pada saat pertama terjadinya. Sensasi pada kornea yang hilang adalah ciri menonjol dan berlangsung selama beberapa bulansetelah ulkus sembuh. Uveitis juga berlangsung selama beberapa minggu/bulan, tapi bisa sembuh seiring waktu. Skleritis adalah ciri penting dari penyakit okular VZV. Intravenus dan oral acyclovir digunakan untuk pengobatan herpes zoster opthalmicus, terutama pada pasien yang immunocompromised
Dosis oral: 800mg 5x/hari selama 10-14 hari. Dosis valacyclovir: 1 gram 3x/hr selama 7-10 hari. Dosis famciclovir 500 mg setiap 8 jam selama 7-10 hari. Terapi dimulai 72 jam setelah munculnya ruam. Kortikosteroid topikal diperlukan untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder.

Keratitis Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa yang berkembang di air yang tercemar dan mengandungi bakteri dan bahan organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba juga terjadi pada komplikasi pemakaian lensa konta dan juga apabila cairan saline adalah buatan sendiri. Simptom awal adalah sakit yang tidak proporsional dengan tanda klinikal, kemerahan dan fotopobia, ulkus kornea yang indolent, stromal ring dan infiltrasi perineural.
Diagnosis dipastikan dengan scrapping dan kultur. Biopsi kornea diperlukan. Histopatologi menunjukkan adanya bentuk amebic (trophozoite/cyst). Kultur pada lensa kontak / cairan saline. Pada tingkat awal, dilakukan epitelial debridement. Dilanjutkan dengan topikal propamidine isethionate (1% solution). Polyhexamethylene biguanide (0.01-0.02%) / fortified neomycin eyedrops.
Pengobatan  bisa terhambat oleh kemampuan organisme untuk encyst ke dalam stroma kornea sehingga memperpanjang waktu pengobatan. Kortikosteroid topikal diperlukan untuk meredakan reaksi peradangan di daerah kornea. Keratoplasti diperlukan pada kasus tingkat lanjut untuk menahan penyebaran infeksi atau untuk memperbaiki penglihatan apabila terjadi proses scarring dan resolution. Jika organism sudah mencapai sklera, tindakan medis dan operasi biasanya tidak berhasil.

3. Ulkus Kornea: Terapi

Lainnya: