Terapi keratitis HSV hendaknya bertujuan
menghentikan replikasi virus didalam kornea, sambil memperkecil efek merusak
respon radang. Idoxuridine merupakan obat antiviral yang murah, bersifat tidak
stabil bekerja dengan menghambat sintesi DNA virus dan manusia, sehingga
bersifat toksik untuk epitel normal dan tidak boleh dipergunakan lebih dari dua
minggu. Terapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam. Salep 0,5% diberika
setiap 4 jam.
Vibrabin sama dengan Idoxuridine, akann
tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep.
Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IUD, diberikan
1% setiap 4 jam.
Acyclovir, bersifat selektif terhadap
sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam. Sama
efektif dengan antivirus lain akan tetapi efek samping yang kurang.
Keratitis Viral Varicella-Zoster
Infeksi virus Varicella-zoster (VZV)
terjadi dalam 2 bentuk: primer (varicella) dan rekuren (herpes zoster). Varicella:lesi
berbintik pada kelopak mata dan pinggir kelopak mata. Herpes zoster: terdapat
keratouveitis dengan derajat yang berbeda tergantung status imuniti pasien. Keratitis
VZV terjadi pada stroma dan anterior uvea pada saat pertama terjadinya. Sensasi
pada kornea yang hilang adalah ciri menonjol dan berlangsung selama beberapa
bulansetelah ulkus sembuh. Uveitis juga berlangsung selama beberapa
minggu/bulan, tapi bisa sembuh seiring waktu. Skleritis adalah ciri penting
dari penyakit okular VZV. Intravenus dan oral acyclovir digunakan untuk
pengobatan herpes zoster opthalmicus, terutama pada pasien yang
immunocompromised
Dosis oral: 800mg 5x/hari selama 10-14 hari. Dosis
valacyclovir: 1 gram 3x/hr selama 7-10 hari. Dosis famciclovir 500 mg setiap 8
jam selama 7-10 hari. Terapi dimulai 72 jam setelah munculnya ruam. Kortikosteroid
topikal diperlukan untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma
sekunder.
Keratitis Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa yang
berkembang di air yang tercemar dan mengandungi bakteri dan bahan organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba juga terjadi pada komplikasi pemakaian lensa konta dan
juga apabila cairan saline adalah buatan sendiri. Simptom awal adalah sakit
yang tidak proporsional dengan tanda klinikal, kemerahan dan fotopobia, ulkus
kornea yang indolent, stromal ring dan infiltrasi perineural.
Diagnosis dipastikan dengan scrapping dan
kultur. Biopsi kornea diperlukan. Histopatologi menunjukkan adanya bentuk
amebic (trophozoite/cyst). Kultur pada lensa kontak / cairan saline. Pada
tingkat awal, dilakukan epitelial debridement. Dilanjutkan dengan
topikal propamidine isethionate (1% solution). Polyhexamethylene biguanide
(0.01-0.02%) / fortified neomycin eyedrops.
Pengobatan bisa terhambat oleh kemampuan organisme untuk
encyst ke dalam stroma kornea sehingga memperpanjang waktu pengobatan. Kortikosteroid
topikal diperlukan untuk meredakan reaksi peradangan di daerah kornea. Keratoplasti
diperlukan pada kasus tingkat lanjut untuk menahan penyebaran infeksi atau
untuk memperbaiki penglihatan apabila terjadi proses scarring dan resolution. Jika organism sudah mencapai sklera, tindakan medis
dan operasi biasanya tidak berhasil.
3. Ulkus Kornea: Terapi
Lainnya: